Hell Chamber by Ensemble Tikoro

ENGLISH

Ensemble Tikoro (Ensemble Throat in Sundanese) are a choir founded in Bandung (Java, Indonesia) by composer and teacher of music theory Robi Rusdiana in 2012 and composed of extreme metal vocalists belonging to famous outfits of the local underground, West Java, Indonesia, such as Beside, Hunus, Impish, Sethos and Warkvlt. The collective has remained open and flexible, although always represented by a core of performers, executing compositions based on sheet music by Rusdiana.

While started as a project wanting to prove and test the boundaries of extreme metal music’s sound-as-physical-assault through the sheer brutality of the human distorted voice, through the years Ensemble Tikoro has evolved into a more complex entity incorporating and exploring a plethora of extended techniques, both vocal and performative. While each of the compositions work around a precise concept and development, making Rusdiana both the author and the conductor, Ensemble Tikoro draws its strength from the experimental and the grotesque, the improvised and the sudden, the unheard and the affectively overdriving.

Hell Chamber, is a compilation of different archival short-duration works by the project alongside excerpts from long-duration commissions composed between 2013 and 2020 and recorded in the present form in 2021. The tracklist for Hell Chamber was deliberately chosen to only include and showcase vocal compositions without the employment of any effect nor other electronic instruments. The techniques used in this album consist of various forms of extended vocals, extreme metal vocals (screech, growl, grotesque, scream, gurgling, inhale, pig squeal), traditional throat singing, as well as experimental interpretations of several traditional Indonesian, indigenous vocal techniques which are explored in onomatopoeic and other vocal forms.

But don't take it from us, here's some word from Rully Shabara:

When Artetetra asked me to write these liner notes, I immediately agreed. I've always been captivated by Ensemble Tikoro, both their music and the individual personalities of its members. They deliver metal purely through vocals, performed by eight individuals with true metalhead attributes and outfits.

My first direct collaboration with Ensemble Tikoro was coaching their project with Lucy Guerin titled ‘Metal’ in Bandung. We also collaborated in the improvisational choir Black Raung Jagat. There, I witnessed firsthand how Robi Rusdiana leads his friends, each with their unique vocal techniques.

Ensemble Tikoro consists of metal band vocalists from Bandung, brought together by Robi into an a cappella group with extreme vocal techniques. Uniting diverse metal vocalists with different backgrounds is no easy feat. The distribution of notes, notation, rhythm, and dynamics cannot be handled like a typical choir composition. Texture and nuance take precedence over harmony, melody, or tempo. Various grotesque and extreme vocal techniques form the foundation for their compositions. Though their notation borrows from classical music, Robi modifies the compositional index in detail to meet specific needs. Guttural vocals, deep growls, screams, and squeals are converted into precise notation, allowing them to be performed like classical music compositions. This is particularly intriguing to me. With his background as a music academic and composer, Robi has made Ensemble Tikoro a platform to explore compositions aligned with his taste for metal and extreme vocals. The album title Hell Chamber, for instance, can be seen as a parody of Western classical chamber music, which is shorter and more compact than orchestral symphonies. However, Ensemble Tikoro doesn’t shy away from incorporating traditional vocal techniques, such as those from Wayang Golek characters, and, of course, using the Sundanese language in their texts.

I’m pleased that the Hell Chamber album is being re-released for the European market. From a Western perspective, Ensemble Tikoro’s musical concept and approach are not only unique but also promise broad developmental potential. A group of metal vocalists with distinct extreme characters, speaking Sundanese, polite, dedicated, able to read written notation, and always dressed in true metalhead style both on and off stage. This is a highly intriguing project that should evolve into many other variants in the future.

☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠

BAHASA INDONESIA

Ensemble Tikoro (Ensemble Tenggorokan dalam bahasa Sunda) adalah paduan suara yang didirikan oleh komposer dan pengajar teori musik Robi Rusdiana pada tahun 2012 dan beranggotakan para vokalis extreme metal dari band-band ternama di Bandung, Jawa Barat, Indonesia, seperti Beside, Hunus, Impish, Sethos, dan Warkvlt. Kolektif ini tetap terbuka dan fleksibel, meskipun selalu diwakili oleh para pemain inti, yang memainkan komposisi berdasarkan partitur yang dibuat oleh Rusdiana.

Berawal dari sebuah proyek yang ingin membuktikan dan menguji batas-batas musik metal ekstrem yang terdengar seperti serangan fisik melalui kebrutalan suara manusia yang terdistorsi, selama bertahun-tahun Ensemble Tikoro telah berevolusi menjadi sebuah entitas yang lebih kompleks dengan menggabungkan dan mengeksplorasi sejumlah teknik yang diperluas, baik vokal maupun performatif. Sementara setiap komposisi bekerja dengan konsep dan pengembangan yang tepat, menjadikan Rusdiana sebagai penulis dan konduktor, Ensemble Tikoro menarik kekuatannya dari eksperimental dan keanehan, improvisasi dan tiba-tiba, yang tidak pernah terdengar dan yang secara afektif berlebihan.

Hell Chamber, merupakan kompilasi dari berbagai arsip karya berdurasi pendek dari proyek ini bersama dengan cuplikan dari komisi berdurasi panjang yang dibuat antara tahun 2013 dan 2020 dan direkam dalam bentuk yang sekarang pada tahun 2021. Daftar lagu untuk Hell Chamber sengaja dipilih untuk hanya menyertakan dan menampilkan komposisi vokal tanpa menggunakan efek atau instrumen elektronik lainnya. Teknik yang digunakan dalam album ini terdiri dari berbagai bentuk vokal yang diperpanjang, vokal metal ekstrim (pekikan, geraman, grotesque, jeritan, gemericik, hirupan, pekikan babi), nyanyian tenggorokan tradisional, serta interpretasi eksperimental dari beberapa teknik vokal tradisional Indonesia yang dieksplorasi dalam bentuk onomatope dan bentuk-bentuk vokal yang lain.

Tapi jangan langsung percaya begitu saja, berikutnya, beberapa kata dari Rully Shabara:

Ketika Luigi dari Artetetra meminta saya menulis liner notes ini, saya langsung mengiyakan. Ensemble Tikoro selalu memikat saya, baik melalui musik maupun kepribadian tiap personelnya. Mereka mengusung metal hanya dengan vokal, ditampilkan oleh delapan orang dengan atribut dan gaya metalhead sejati.

Pertama kali saya bekerja langsung dengan Ensemble Tikoro saat men-coaching proyek mereka bersama Lucy Guerin bertajuk ‘Metal’ di Bandung. Kami juga pernah berkolaborasi dalam paduan suara improvisasi Black Raung Jagat. Di situ saya menyaksikan bagaimana Robi Rusdiana memimpin teman-temannya, masing-masing dengan teknik vokal yang berbeda.

Ensemble Tikoro adalah kumpulan vokalis band metal Bandung yang diracik oleh Robi menjadi kelompok acapella dengan teknik vokal ekstrem. Menggabungkan beragam vokalis metal dengan latar belakang berbeda bukan perkara mudah. Pembagian nada, notasi, ritme, dan dinamika tidak bisa disamakan dengan paduan suara konvensional. Tekstur dan nuansa lebih penting daripada harmoni, melodi, atau tempo. Beragam teknik vokal grotesque dan ekstrem menjadi landasan komposisi. Meski menggunakan not balok gaya klasik, Robi memodifikasi penulisan indeks komposisi dengan detail untuk memenuhi kebutuhan. Vokal guttural, deep growl, scream, hingga squeal dikonversi menjadi notasi presisi layaknya komposisi musik klasik. Ini yang menurut saya sangat menarik. Dengan latar belakang sebagai akademisi musik dan komponis, Robi menjadikan Ensemble Tikoro sebagai wadah eksplorasi komposisi yang sesuai dengan seleranya: musik metal dan vokal ekstrem. Judul album Hell Chamber, misalnya, bisa dianggap sebagai parodi musik chamber klasik barat yang lebih pendek dan compact dibanding simfoni orkestra. Namun, Ensemble Tikoro juga memasukkan teknik vokal tradisional seperti dari karakter-karakter dalam Wayang Golek, dan tentu saja penggunaan bahasa Sunda dalam teksnya.

Saya senang album Hell Chamber dirilis ulang untuk pasar Eropa. Dari perspektif barat, konsep dan pendekatan musikal Ensemble Tikoro bukan saja unik, tapi juga menjanjikan potensi pengembangan yang luas. Sekumpulan vokalis metal dengan karakter ekstrem berbeda, berbahasa Sunda, sopan, berdedikasi, bisa membaca notasi tulis, dan selalu tampil dengan gaya metalhead sejati, baik di panggung maupun dalam keseharian di luar panggung. Secara premis, Ini adalah proyek yang sangat menarik dan memiliki potensi untuk berevolusi menjadi banyak varian di masa depan.

Digital folklore & transglobal exoticism.

"To hell or to Internet!"

𓌽 𓏢 𓆡 𓂐 𓀤 𓍿𓏟 𓃾

"Nowadays kids would do anything to prove they’re cool. What will the next thing be? Floppy disks? 🤔"

Facebook
SoundCloud
Instagram